Gairah Janda Muda Kesepian



Janda muda atau biasa yang disebut janda memiliki daya tarik tersendiri bagi saya. Vani itulah nama janda muda yang menggairahkan. Vani baru menikah ga lebih dari 2 tahun dengan anak baru 1 dari mantan suaminya yang hubungannya retak karena perselingkuhan suami. Oke langsung saja deh sepertinya dah ga sabar ya...

Waktu menunjukkan pukul 13.30 ketika Vani tiba Plaza Tendean, tempat janjian ketemuannya dengan Roland. Ketika di sms Vani bilang bahwa Vani pengen ketemuan, Rolland langsung menelpon. Rolland sebenarnya sudah bisa menebak alasan kenapa Vani minta ketemuan. Bagaimanapun, mereka pernah jalan bareng selama 6 bulan. “Ok deh Bel, kita ketemuan di Plaza Tendean saja ya, kan lumayan di tengah-tengah tuh” kata Rolland di telepon. Vani mengiyakan. Lalu Rolland menambahkan “Tapi, gue mau lo berpakaian seperti ini…”. Vani mendengarkan ucapan Rolland, lalu wajahnya memerah jengah. “Ih, gila lo ya Land” kata Vani tersipu. “Mau nggak?” balas Rolland nakal. “Ya udah deh” jawab Vani pasrah, timbang ga jadi ketemuan dengan Rolland.

Dan disinilah Vani, menunggu Rolland yang masih dalam perjalanan. Orang-orang melihat seorang cewek cukup tinggi, berambut pendek warna brunette turun dari taxy, mengenakan kemeja terusan warna khaki.

Belt coklat besar menghiasi pinggangnya, dan boot pendek yang sewarna dengan belt-nya menutup kakinya. Kemejanya yang tidak terkancing 2 kancing atasnya menunjukkan belahan toked putih Vani yang membusung. Vani masuk ke café **** dan langsung pesan minuman, lalu duduk manis di pojok café. Para karyawan & pengunjung café memandang cewek yang duduk di pojok begitu jutek dan dingin, sehingga tidak ada yang mengganggu. Padahal, situasi diri Vani bertolak belakang dengan tampilan luarnya. Jantungnya berdebar kencang dan nafasnya agak tidak beraturan, akibat nafsu birahi yang menggelora sejak siang tadi. Mengapa si lonte ini belum-belum sudah horny habis seperti ini? Silakan baca runtutan peristiwa hari kemarinnya dan 2 jam sebelumnya di sini.

“Sialan Rolland lama banget sih. Gue jadi makin deg-degan jadinya. Aduuhh..mana mhemek gue berkedut-kedut terus. Makin basah deh…” runtuk Vani dalam hati tak berdaya mengekang nafsu birahinya. Padahal Rolland cuma terlambat sekitar 5 menitan. Vani berupaya mengalihkan perhatiannya dengan mengecek status FBnya di HP. Tiba-tiba ada seseorang sudah berada di samping Vani dan langsung menyapa “Hai Van. Sory agak telat ya” sapa Rolland. Agak kaget Vani mendongak ke samping, dan dengan senangnya bangkit untuk memeluk dan mengecup ringan pipi cowok tersebut. “Ih tambah gemuk aja lo” ujar Vani genit. Rolland memang berperawakan agak gemuk. Keliatannya, kerjaannya yang di belakang meja, memanjakan perut dan tubuhnya.

Mereka langsung beranjak pergi menuju tempat mobil Rolland di parkir. Rolland melirik ke arah Vani yang menggelayut manja di lengannya. Karena Vani sekepala lebih rendah dari Rolland, dengan mudah Rolland melihat ke belahan toked Vani yang menantang. “Ehm, keliatannya lo ngikutin request gue nih” kata Rolland dengan seringai nakal. “hu-uh.. Iya, gue ga pake BeHa” rajuk Vani manja dan agak tersipu. Rolland terkekeh puas. Akibat tidak memakai BeHa pulalah, nafsu Vani semakin tak tertahannkan. Rasa khawatir orang-orang bakal tahu kalo tokednya cuma ditutupi sehelai kain tipis kemejanya, dan gesekan halus bahan kemeja pada putingnya, membuat puting Vani menegang horny.

Mobil Rolland di parkir di basement yang sepi. Tak ada petugas parkir yang berkeliaran seperti halnya di mall-mall besar. Begitu Vani masuk dan duduk di sebelah Rolland, Rolland langsung meraih kepala Vani, dan melumat bibir sensual Vani dengan penuh nafsu. Vani meladeni ciuman Rolland dengan nafsu yang tak kalah hebatnya. Hampir semenit kedua insan penuh birahi ini saling melumat bibir, memainkan lidah di mulut pasangannya dan diselingi gigitan kecil di bibir bawah. Nafas Vani semakin memburu dan jantungnya berdebar makin kencang, ketika tangan kanan Rolland dengan bebasnya masuk ke balik kemejanya dan merengkuh toked sebelah kirinya dengan ganas. “Uuuugggnnnnnnn…” desah Vani refleks keluar begitu merasakan tokednya diremas-remas oleh Rolland. Tubuh Vani jadi menggelinjang kecil ketika putingnya dijepit kuat oleh jari Rolland, dan dipilin-pilin.

Tidak peduli mereka sedang di tempat umum, Rolland membuka 2 kancing lagi dari kemeja Vani dan menyibakkannya ke samping. Kedua buah melon segar berwarna putih muncul ke permukaan, menantang pandangan Rolland. Puting Vani yang besar sudah mengacung tegak sebagai indikator empunya sedang dilanda libido tinggi. Mata Rolland melotot demi melihat sepasang toked yang besar dan indah tersebut. “Gila, makin gede aja toked lo Van. Cowok lo pasti rajin nggarap toked lo ya” ujar Rolland tersengal-sengal penuh nafsu. Vani bersemu merah dan tidak sempat menyelesaikan jawaban karena kedua tangan Rolland langsung maju dan meremas kedua tokednya kuat-kuat. “Gitu ddee…hmmppffffffff..sssshhhh..” desah Vani lebih erotis lagi. Sambil jari-jarinya memutar-mutar bongkahan toked Vani dan memilin-milin putingnya, Rolland berkata “Buka paha lo Bel, gue pengen lihat lo pegang janji ga”. Sambil tetap mendesah-desah menahan kenikmatan di dadanya, kedua tangan Vani bergerak untuk melepaskan 2 kancing terbawah kemeja terusannya, kemudian menyibakkannya ke samping. Rolland dengan jelas melihat gundukan montok mhemek Vani yang berjembi tipis di puncak belahan mhemek ini.

“Hehehe.. pasti lo horny habis disepanjang jalan karena ga pake BeHa dan CD ya Van” kekeh Rolland penuh kemenangan. “Buka paha lo” perintah Rolland sambil tangannya membuka paha putih mulus Vani. Jemari Rolland langsung meremas kedua bongkah bakpao montok tersebut. “Aiieehhh…..Ahhhhh…” pekik Vani kaget. Dari selangkangannya seolah ada kejutan listrik yang langsung bergerak menyebar ke seluruh tubuhnya. Apalagi Rolland tidak berhenti sampai meremas-remas saja, jari tengahnya langsung menyelusup masuk ke belahan bibir mhemek Vani dan langsung dikocok. “Ahhh.. ahhhh… sssshhhhhh…. “ Vani menggeliat-geliat keenakan, karena mhemeknya yang sudah gatal dari 2 jam yang lalu mendapat pemuasannya dengan garukan-garukan cepat jari Rolland.

“Busett.. udah banjir mhemek lo Van. Jiwa lonte lo jadi makin parah saja” seringai mesum Rolland menghiasi wajahnya. Jari tengah Rolland makin cepat mengocok mhemek Vani. Vani meremas kuat bahu Rolland dan kepalanya menggeleng-geleng resah “Auhh.. ahhh.. Landd… chukup L..aannd… Jhang..jangan di sini dhonng…aahhhh…” rengek Vani tengsin campur horny, karena takut ke-gap satpam. Rolland menghentikan kocokannya dan mengeluarkan jari tengahnya dari mhemek Vani. Sambil menjilati jari tengahnya yang basah oleh cairan mhemek Vani tersebut, Rolland berkata “Hehe gue setuju. Gue juga udah ga tahan ngenthotin lo Van. Gue udah book kamar di hotel depan situ”. Rolland menghidupkan mesin dan mulai bergerak meninggalkan parkir Plaza, sementara Vani memperbaiki kondisi pakaiannya yang terbuka dimana-mana.

Memasuki parkiran hotel M*******a, kedua nafsu manusia ini hampir tidak tertahankan. Ketika Rolland menuju meja resepsionis untuk mengambil kunci kamar, Vani yang menunggu di sofa mendengar HPnya berdering. “”wah Angel. Gue angkat ga ya?” pikir Vani. Tapi ada naluri yang memaksa Vani untuk mengangkat telepon. Baru saja Vani selesai bilang halo, suara panik Angel terdengar di ujung satunya “Vannnnn.. lo kemana aja sihh…”. “Ada apa emangnya Ngel” Vani agak heran. “Lo lupa ya, hari ini kan kesempatan terakhir lo serahkan paper AB ke mr HB. Minggu lalu sudah diampuni sama die, masa lo lupa kalo batasnya hari ini lo harus serahin. Lo mau baru bisa ngulang setahun lagi?” cerocos Angel. “Astaga… gue betul-betul lupa” Vani tersadar dan langsung panik. Paper itu berbobot 50% dari total penilaian mata kulian Mr. HB (Lengkapnya ni dosen bernama David Hutabarat. Cuma anak-anak manggilnya mister HB). Ini mata kuliah wajib, yang jadi prasyarat beberapa mata kulian yang Vani harus ambil semester depan. Gawat kalo sampai ga lulus. “Mr. HB bilang dia tunggu sampe jam 3 ni sore Van. Mending lo sekarang cepet kemari. Bawa tugas ga bawa tugas ga penting. Yang penting lo ngadep dia dulu. Ok?” lanjut Angel cepat.

Buru-buru Vani pamit cabut ke Rolland yang sudah menenteng kunci kamar. “Aduhh Rolland.. sory banget yaa… Gue harus ke kampus nih.. Darurat nine-one-one masalahnya. Udah ya, gue cabut dulu. Ga usah diantar deh…”cerocos Vani. Setelah cium sekali pipi Rolland yang bengong, Vani langsung lari ke pintu lobby dan masuk ke taxy yang memang ada di depan hotel. “Lho? Kok jadi gini?” Rolland terpana dan memandang sedih ke selangkangannya. Setelah tersadar, dia mulai menekan tombol HP-nya dan berbicara “Mia, bolos kantor yuk…”.

Di dalam taxi, otak Vani mulai berpikir cepat menyusun bermacam skenario dan alasan agar bisa mendapat pengampunan dari Mr. HB dan paling tidak tambahan sehari lagi untuk serahkan paper tersebut. Paper Vani belum kelar. Biasanya butuh sekitar 1 jam untuk sampai ke kampus Vani dari area situ. Tapi, berkat desakan Vani ke abang sopir taxy, tak sampai 45 menit mereka sudah sampai kampus.

Pukup 14.50. Vani berlari kecil ke arah ruangan Mr. HB di lantai 3. Setelah sampai kampus tepat waktu, perasaan Vani sudah jauh lebih tenang. Vani yakin bisa merayu Mr.HB untuk memundurkan deadline sampai besok. Sudah rahasia umum kalau Mr.HB yang mata keranjang pilih kasih dengan mahasiswi-mahasiswinya, timbang para mahasiswa. Apalagi bagi mahasiswi yang cakep dan seksi. Vani cukup berpakaian seksi di ujian lisan Mr.HB, dan soal yang keluar lebih mudah bahkan dikasi petunjuk segala.

Vani mengetuk tiga kali pintu ruangan Mr. HB, sebelum mendengar suara bariton yang menyilakannya untuk masuk. Begitu kepala Vani nongol, Mr. HB langsung tersenyum “Ahh.. ini dia si Vani yang cantik. Kemana saja kau Manis. Duduk, duduklah kau” ujar Mr. HB bermulut manis mempersilakan Vani duduk di depan meja kerjanya. Begitu menghenyakkan pantatnya di kursi, Vani langsung pasang tampang memelas “Pak.. minta tolong dong.. Tambah sehariii saja, pasti besok Saya sudah bisa serahin paper AB saya Pak” rayu Vani dengan manisnya. “Wah, tidak bisa itu. Kau dan teman-teman kau sudah Bapak kasi kelonggaran sampai dua kali. Tidak ada lagi mundur-mundur deadline” tegas si Mr. HB walau tetap dengan tersenyum. Sambil mencondongkan badannya kedepan sehingga agak membungkuk Vani berkata “Pak, sudah 2 hari ini saya nungguin tante saya di Rumah Sakit. Baru pulang siang tadi. Kalo nggak gitu, pasti paper sudah selesai Pak. Boleh ya Pak”. Mr. HB menelan ludah, karena dari posisinya dia bisa melihat dengan jelas belahan toked Vani yang menonjol. “Puas-puasin deh lo liat toked gue. Yang penting, mundurin deadline-nya sehari” batin Vani penuh percaya diri.

“Wah, susah posisi Bapak kalo begini. Apa kata teman-temanmu kalau kau mendapatkan kelonggaran dari Bapak” Mr. HB masih berusaha tegas, tapi matanya tetap melotot memandang lurus ke belahan gunung kembar di depannya. “Ayolah Pak, nggak ada yang bakal tahulah kalo Bapak ga cerita-cerita” desak Vani terus. Tiba-tiba si Mr. HB bangkit dari kursinya dan berjalan menuju sisi Vani lalu duduk di atas meja tepat di samping Vani “Boleh saja. Tapi ada syaratnya” kata si Mr. HB sambil tetap memandangi belahan dada Vani. “Syarat apaan Pak?” tanya Vani sudah mulai khawatir melihat perilaku Mr. HB. “Kubari kau waktu sehari lagi untuk kumpul itu paper, asal kau ijinkan aku meremas-remas kau punya susu itu hehe” ujar Mr. HB sambil menyeringai mesum.

“HEHH..” kaget Vani mendengar penawaran mesum Mr.HB dan reflek menutup dadanya dengan kedua tangannya. “Terserah kau Vani. Bapak cuma tawarkan solusi yang win-win buat kau. Bapak senang, kau pun senang” ujar Mr.HB dengan lagak tidak butuh. “Aduhh.. gue kasi ga ya? Kalo ntar dia nglunjak gimana? Tapi gue juga ga mau ngulang lagi tahun depan” Vani menimbang-nimbang penawaran tersebut dalam hati. Vani tidak sadar kalau tangannya turun dan tidak lagi menutupi tokednya ketika sedang berpikir untuk terima atau tidak tawaran Mr.HB tersebut. Tapi Mr.HB menganggap diamnya Vani dan fakta bahwa Vani tidak lagi melindungi tokednya, sebagai tanda bahwa Vani menerima tawarannya tersebut.

“AAHH…” Vani memiawik kaget ketika dua tangan muncul dari balik punggungnya dan langsung meremas kuat-kuat kedua bongkah tokednya. “Lho.. Bapak ngapain sihh.. Kan saya blumm..Aakkkhhh… ahhh… hmmppfffffffhhhhh..” protes Vani terpotong desahannya karena mendadak gelombang listrik dan kenikmatan melonjak dari kedua putingnya. “Kau ternyata tidak pake BeHa Vani… kenyal sekali toked kau ini” ujar Mr.BH di samping telinga Vani sambil memilin-milin puting Vani dari balik kain kemejanya. Rangsangan pada tokednya yang tiba-tiba ini, seolah mengingatkan tubuh Vani bahwa ada libido yang terpendam dan menuntut untuk dipuaskan sejak siang tadi.

Serangan tangan Mr.HB semakin gencar. Kedua tanganya sudah menyelusup ke balik kemeja Vani, dan dengan leluasa meremas-remas melon putih dan kenyal tersebut. “Hahhhh…haahhh… aammmhhhhhffffff…” desah Vani keenakan, apalagi lidah Mr.HB menjilati leher jenjang Vani dengan liarnya. Mr.HB kini pindah berlutut di samping Vani. Beliau sudah tidak tahan untuk mencaplok toked Vani yang menggiurkan tersebut. Mr.HB membuka mulutnya lebar-lebar, dan menelan ¼ toked Vani dari ujung putingnya. Kemudian Mr.HB menghisap kuat-kuat puting Vani yang sudah menegang keras sampai keluar suara yang keras. Sluuuurrppp.. Slurrrppppp… Terang saja Vani semakin belingsatan tokednya diperlakukan seperti itu, karena tokednya sensitif banget. “Aaaahhhhaaaahhhh…. Haahhhhhh…SShhhhhhhhh.. Enak banget Pakk…” erang Vani tak tertahankan lagi. Menyadari muridnya makin terangsang, perlakuan Mr.HB pada toked Vani semakin menjadi-jadi.

Cupangan memerah menyebar di sekujur bulatan toked Vani yang putih. Gelinjang tubuh Vani pun menjadi-jadi, sehingga bagian bawah kemejanya tersingkap dan membuat Mr.HB terhenyak. “Kau juga tak pakai celana dalam Vani.. Wah wah.. kau memang sudah siap untuk dienthot ternyata” ujar Mr.HB penuh sukacita sambil memasukkan jari tengahnya ke sela-sela mhemek Vani yang sudah basah kuyup. Begitu jari tengah Mr.HB melesak sepenuhnya ke dalam lubang mhemeknya, tubuh Vani langsung melengkung dan lenguh kenikmatannya terdengar “Ouuhhhh….hhhuuuuhhh… iyhaa.. iyhaa… disitu Pak.. benar disitu Pak.. kocok yang kenceng Phak…” pinta Vani penuh nafsu. Dengan senang hati Mr.HB memenuhi permintaan anak didiknya itu. Jari tengahnya keluar masuk mhemek Vani, dan diselingi gerakan mengobel-ngobel yang agak kacau, sehingga bunyi kecipakan becek terdengar. Tak sampai semenit Vani mulai merasakan bahwa rasa gatal yang menggerayangi sekujur mhemeknya terasa semakin menghebat. Semakin kencang dikocok, rasa gatal tersebut semakin memuncak dan meruncing ke bibir-bibir mhemeknya. Dan tanpa dapat ditahan lagi, orgasme pertama Vani di hari itu meledak juga. “OAAAAAAHHHHH….. AGGHHHHH….HHAAAHHHHHHH..” lenguh Vani panjang sampai punggungnya ikut melengkung akibat terpaan gelombang orgasme yang sudah dinanti-nantinya.

Mr.HB sempat terpana demi menyaksikan betapa hebatnya reaksi orgasme Vani. Sedetik kemudian ia tersadar, dan cepat-cepat bangun untuk melepas celananya. Ketika Vani mendapatkan kembali kesadarannya 30 detik kemudian, Mr.HB sudah hendak melepaskan celana dalamnya. Cepat-cepat Vani berdiri dan berkata “Ehh.. Bapak mau ngapain? Perjanjiannya kan cuma remas-remas susu. Ini kan sudah lebih dari remas-remas” ujar Vani ketus.“ Sambil tetap melorotkan celana dalamnya Mr. HB berkata “Sudahlah Vani, Bapak tau kau juga lagi horny. Kuberi kau poin A kalau kau mau Bapak enthot sekarang. Ya?” Mr.HB mencoba tawar menawar. “Hah? A? Bener ya Pak” tanya Vani. “Kalau gitu Bapak tulis dulu di kertas evaluasi Bapak, bahwa nilai Saya A, baru kita lanjut” ujar Vani licik. “Mana bisa begitu Vani. Kertas evaluasi kan baru Bapak bisa isi kalo sudah UAS” Mr.HB semakin desperate. Sambil berlagak mengancingkan kemeja bagian atasnya, Vani berkata “Ya sudah kalau begitu. Sampai ketemu besok ya Pak”. Susah payah bergerak karena celana dalamnya masih melingkar di mata kaki Mr.HB cepat-cepat berkata “Eh.. eh. Iya..iya.. Bapak nilai sekarang. Kau duduk saja manis di sofa sana ya”. Setelah itu cepat-cepat Mr.HB menaikkan CDnya dan membongkar-bongkar mejanya. Lalu setelah menulis singkat diatas sebuah map, Mr.HB mendekati Vani di sofa dan menyorongkan map tersebut. Di Form Valuasi, terlihat jelas cuma nama Vani yang sudah mendapat nilai A.

Sambil tersenyum puas Vani berkata “Gitu dong Pak, kan gamp…Eeeiiihhhhh….Hmmppffh!!” Belum selesai Vani menyelesaikan ucapannya, Mr.HB sudah menerkam dan menindih tubuh Vani di sofa, lalu dengan buas melumat bibir Vani. Sambil menjilati leher Vani, tangan Mr.HB dengan cepat melepaskan belt yang melingkari perut Vani, lalu mengangkat kemeja terusannya tinggi-tinggi sampai seperut. Sehingga selangkangan Vani yang minim jembi terpampang dengan jelas. “Eh. Pak..Pak.. sabar Pak. Sabar Pak” Vani agak menyesali omongan asalnya tadi dan berusaha menutupi selangkangannya. Tapi Mr.HB yang sudah dikuasai nafsu birahi, dengan mudahnya menyingkirkan kedua tangan Vani hanya dengan tangan kirinya. Lalu tangan kanannya dengan cepat meremas gundukan mhemek Vani. “Pak jang…Aaahhhhhh….. Auhhhhhh…” ucapan Vani berganti lenguhan terkejut bernuansa nikmat. Cukup dengan beberapa kocokan saja, mhemeknya sudah banjir kembali. “Haahhh.. haahhhhh…. Oohhhhhh.. hmmmppffff….” desah Vani blingsatan karena mhemeknya kini dikocok dengan dua jari, yang kadang menggesek klitorisnya.

“Sudah kuduga kau suka Vani hehehe..” tawa kemenangan Mr.HB terdengar. Tangan kirinya yang sudah tidak perlu memegangi Vani, cepat-cepat melorotkan CDnya. Konthol Mr.HB yang hitam pekat langsung tampil mengacung tegak. Mr.HB yang konaknya sudah di ubun-ubun, langsung mengangkangkan lebar-lebar paha Vani. Sambil mengocok-ngocok pelan kontholnya, Mr.HB mulai mengarahkan palkon-nya ke bibir mhemek Vani. Vani tidak hanya pasrah, tapi juga sudah berharap agar konthol tersebut menghujam mhemeknya. “Ah… kontholnya si tua ini kecil. Tapi tak ada rotan, akarpun jadi” batin Vani. Tanpa cek medan dan kedalaman, Mr.HB langsung membenamkan dalam-dalam tongkol ukuran 11cm-nya ke dalam lobang kenikmatan Vani. Membuat Vani agak tersedak dan melenguh pendek “Heeggghhh..umhh..”. Mr.HB langsung menyeringai puas “Aggghh.. rapat sekali meqi kau ini Vani..hahhhh”.

Mr.HB langsung menggenjot Vani dengan kecepatan tinggi. Lenguhan kenikmatan Mr.HB mengalahkan desahan erotis Vani yang mulai menikmati pompaan konthol Mr.HB di liang mhemeknya. “Hmmm…ahahhh.. ahhh.. iya Pak.. betul gitu Pak.. lebih cepat Pak.. ahhhh..” ceracau Vani keenakan. Mendengar ceracau Vani yang mesum itu, Mr.HB semakin kehilangan kontrol. Tangannya mencengkram toked Vani kuat-kuat, dan genjotan pinggulanya semakin tidak beraturan. Tiba-tiba, “AAAAHHHHHH…. AKU KELUARR..” lenguh Mr.HB kuat. Peju Mr.HB menyemprot-nyemprot di dalam mhemek Vani. Vani terpana. Baru 3 menit ngeseks, Mr.HB sudah ngecret.

Sambil masih tersengal-sengal, Mr.HB jatuh di atas tubuh Vani. “Hebat sekali kau Vani. Belum pernah Bapak ngrasakan meqi senikmat kau punya” puji Mr.HB sambil beranjak bangkit karena dilihatnya Vani kesusahan bernapas. Dengan mudahnya konthol Mr.HB terlepas dari mhemek Vani, dengan diikuti leleran pejunya yang banyak mengalir di bibir mhemek Vani. Vani gondok setengah mati. “Kupret! Baru juga gue naik. Ini mah bukannya terpuaskan, malah makin horny gue jadinya” batin Vani kesal sambil memperbaiki pakaiannya.

“Ya udah Pak. Saya pamit kalo gitu. Ingat ya, cuma sekali ini Bapak bisa nikmatin tubuh Saya. Kalau Bapak mencoba lagi, Saya laporkan ke Dekan kalau Bapak menyalahgunakan kekuasaan sebagai Dosen” sambil berkata seperti itu, Vani memphoto Mr.HB yang bugil dan langsung keluar ruangan dengan judesnya. Mr.HB cuma bisa bengong, dan lemes (tapi puas hehehe). Vani cepet-cepet keluar sebenarnya karena tidak ingin ketahuan si dosen mesum itu kalau dia masih konak habis. Vani cuma ingin cepat-cepat ke toilet untuk membersihkan mhemeknya dari sisa peju, kemudian langsung masturbasi. Sudah ga tahan bo’!

Toilet yang berjarak hanya 10 meter dari ruangan Mr.HB serasa berkilometer bagi Vani yang nafsunya meledak-ledak. Jantungnya berdebar keras, nafas Vani memburu dan mhemeknya berkedut-kedut protes minta dikocok. Toilet cewek yang terletak bersebelahan dengan toilet cowok, tidak ada orang sama sekali di dalamnya. Maklumlah, sudah sore jadi banyak mahasiswa dan dosen yang sudah pulang. Vani langsung masuk ke bilik paling dekat pintu, dan membuka pahanya lebar-lebar agar mudah disemprot dengan air. Semprotan keras air terasa sangat nikmat di mhemeknya. Tidak berlama-lama membersihkan, Vani langsung duduk di atas toilet yang telah ditutup atasnya. Dibukanya pahanya, jari telunjuk dan tengahnya bergerak membelai bibir mhemeknya, lalu masuk ke dalam mhemeknya yang sudah banjir lagi. “Hmmmmmmppfffff….sshhhhhhh… ouuhhh… enaknyaa..” desah Vani perlahan, berusaha agar suaranya tidak terlalu keras. Tapi, setelah semenit, Vani sudah lupa situasi, sehingga kocokan dan suaranya makin menjadi-jadi mengiringi nafsunya yang menggelora. “Aahhhhhhhh…. Hahhhhhh… Ouggggghhhhhhh……” lenguh Vani dalam kungkungan birahi. “Ini dia.. ini dia.. aduuhh mhemek gue makin gatelllll…..shhhhhh..” batin Vani yang titik orgasmenya semakin mendekat.

Tiba-tiba pintu bilik Vani terbuka lebar dan seseorang berdiri tegak di hadapannya. Vani nyaris tersedak karena kagetnya, plus dia hampir saja mencapai klimaksnya. “Oh elu Van. Gue pikir kuntilanak lagi indehoy” kata orang tersebut sambil cengar-cengir. Vani yang terkesima sampai lupa mengangkat tangannya dari selangkangannya, cuma bisa berkata tergagap “Oh..ehh.. Ethan.. Kok lo disini?” tanya Vani salah tingkah. Ditengah rasa shocknya akibat ke gap lagi masturbasi oleh Ethan, Vani setengah tidak sadar kalau Ethan berjalan mendekat dan mengangkat tubuhnya ke pelukan Ethan. Vani baru sadar ketika mukanya sudah dekat sekali ke muka Ethan, yang berkata “Kalo lo lagi horny, napa ga call gue aja. Gue selalu siap kok kalo buat elo” ujar Ethan. Belum sempat Vani membalas ucapan itu, bibirnya sudah dilumat oleh Ethan. Vani gelagepan tapi tidak bisa melepaskan diri dari pelukan Ethan yang kuat. Tidak butuh lama, nafsu Vani sudah menguasai akal sehatnya. Ciuman Ethan diimbangi oleh french kiss Vani yang basah dan panas. Tangan Ethan dengan aktifnya meremas-remas pantat Vani yang sekal dan menonjol. Tiba-tiba Ethan melepaskan ciumannya “Van, kita pindah tempat yuk. Gue tau tempat yang lebih nyaman” kata Ethan agak tersengal-sengal. Tidak menunggu reaksi Vani, Ethan langsung menyeret tangan Vani keluar dari toilet.

No comments:

Post a Comment